Sunday, May 29, 2011

Sendiri, Gadis Remaja Berlayar Keliling Dunia


mildnetzone.com, sidney: Muda, cantik, menarik dan terkenal adalah impian setiap gadis remaja. Hal ini dibuktikan gadis 16 tahun asal Australia, Jessica Watson, yang berhasil berlayar keliling dunia menggunakan kapal yacht. Ia tiba kembali di tempatnya memulai perjalanan pada Oktober lalu, Sydney, Australia, Sabtu (15/5)

alasan dia sendiri karena pengen sendiri menaklukkan lautan yang mempunyai ombak setinggi 12 meter. padahal sebenernya tidak, dia pernah mengajak redaksi menemaninya tetapi karena redaksi takut sama air dalam sehingga tidak ikut. akhirnya dia berangkat sendiri dengan kapalnya yang kecil tersebut. kirain gak jadi berangkat eh jadi juga tho, wakakkaka. tahu gitu redaksi mildnetzone.com ikut deh lumayan gratis nebeng. ketika sampai di australi ia disambit dengan senyuman dan air mata haru orang tuanya. owh so sweet, emang sweet sih dia cute lagi. kira2 dia sudah punya pacar belom yach klo belom ane mau daftar gitu deh

Saturday, May 28, 2011

Bosan Jelajahi Gua, Susuri Samudera


NAMA Effendi Soleman juga pernah diperhitungkan sebagai petualang susur gua ternama di Indonesia. Namun, pria yang lahir di Jakarta pada 23 April 1951 itu telah putar haluan dan kini lebih dikenal sebagai petualang bahari. Salah satu prestasinya, pada 1988, seorang diri berlayar ke Brunai Darussalam hanya menggunakan perahu cadik.

’’Saya dapat banyak penghargaan dari ekspedisi itu,’’ kata Soleman yang ditemui di tempat kerjanya, kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang. Penghargaan yang dia terima, antara lain, berasal dari menteri pemuda dan olahraga (Menpora) dan Persatuan Olahraga Layar Indonesia (Porlasi).

Bapak satu anak itu lalu menceritakan awal dirinya menggeluti dunia petualangan. Sejak menjadi murid SMAN 10 Jakarta pada 1969, Soleman mulai gemar mendaki gunung. Dia pun akhirnya mendirikan Garata Jaya (Gabungan Remaja Pecinta Alam) bersama teman-teman sekolahnya. Kegemarannya bertualang ke sana kemari terus berlanjut hingga dia menjadi mahasiswa. Soleman tidak sekadar mendaki dan turun gunung. Namun, dalam berkegiatan, dia selalu mengasah kemampuan fotografi. ’’Saya dulu punya kamera.

Biasanya saya ngobjek menjadi fotografer kawinan untuk biaya naik gunung,’’ kata dia, lantas tertawa. Berbagai gua di Pulau Jawa dan sekitarnya ditaklukkan Soleman dan kawan-kawan. Tetapi, hobinya itu tidak berjalan lama. Berselang tiga tahun kemudian, Soleman berpindah haluan. Dia mulai menggilai kegiatan petualangan yang lain. Yakni, berlayar. ’’Jika dibandingkan dengan menyusur gua, berlayar seorang diri lebih membuat saya terpacu,’’ kata dia. (kuh/c4/kum)

EFFENDY SOLEMAN


Bagaimana awal cerita sampai Anda tertarik bergelut dalam petualangan bahari?

Sebelumnya, saya pernah mencoba beberapa olahraga yang memang menantang. Saya pernah naik gunung, arung jeram, panjat tebing, terjun payung. Lalu, berpetualang di lautan dengan perahu itu, berlayar sendiri mulai tahun 1987. Saya ke Bangka dengan kapal tradisional Cadik dari Pelabuhan Ratu. Tahun 1988, ekspedisi ke Brunei-Jakarta, 1989 dengan kapal yang sama ekspedisi ke nusantara, Masalembo, sampai ke Malaysia, ada beberapa kali dengan tim, tapi lebjh banyak sendirian.

Lalu, tahun 1998, terjadi PHK besar-besaran pada majalah Mutiara tempat saya bekerja. Dalam keadaan kesulitan keuangan, saya kasihan melihat kapal yang sudah berjasa dan punya banyak sejarah bagi saya. Beberapa penghargaan saya dapatkan bersama kapal ini, di antaranya pelayar lepas pantai tunggal pertama Indonesia.

Perjalanan paling berkesan saat melakukan petualangan di laut?

Pertama kali saat berlayar sendiri ke

Pulau Bangka. Saya naik perahu kecil, lebarnya hanya 60 sentimeter, panjang 6 meter. Saya gotong perahu itu dari Pelabuhan Ratu, sampai ke Muara Dadap. Itu petualangan pertama ke laut sendirian. Saat itu pengetahuan laut saya masih nol, tapi saya nekat.

Sehari di lautan, terjadi hujan badai. Waktu itu bulan Desember. Dari pagi sampai malam saya jalan kena badai, kapal saya beberapa kali hampir tenggelam. Saya tertawa, menangis, panik. Perahu saya sangat kecil, tidak ada palka, tidak ada ada pelindung, tidak bisa masak, rnakan seadanya. Saya sampai sempat berucap, Ya Tuhan kalau mau matiin saya sekarang aja. Itu karena rasanya saya sudah tidak sanggup.

Apa yang Anda rasakan dengan berpetualang di lautan?

Di sinilah seninya. Berpetualang di laut lebih memacu adrenalin. Kalau naik gunung, cuaca jelek kita bisa pasang tenda, ada badai masuk tenda saja nunggu sampai reda. Tapi, kan tetap aman. Terjun payung, stresnya tidak lama. Kalau payungnya tidak terbuka kan paling langsung mati. Tidak ada teriak-teriak.

Kalau di laut prosesnya lama, ibaratnya proses kita menuju kematian itu kelihatan dalam gulungan gelombang dan sambaran badai. Kalau badai di tengah laut, awan seakan-akan ingin menerkam kita. Maka itu, kalau beberapa tahun tidak berlayar, rasanya ada gejolak yang meledak-ledak untuk bisa ke laut lagi.

Bentuk petualangan saya, saya ingin menciptakan saingan. Biasanya orang . makin tak ada yang bisa ngalahin dia, makin bangga. Tapi bagi saya, makin banyak yang bisa mengikuti, makin banyak regenerasi, saya makin bangga. Moto hidup saya, jadilah magnit di lingkunganmu. Jangan ada persaingan. andi nur anim.

Pangarmabar Melepas Ekspedisi Tunggal “Cadik Nusantara II”, Kebangkitan Maritim Sangat Diperlukan


Ekspedisi tunggal “Cadik Nusantara II” yang dilakukan oleh Effendy Soleman, 52; mengandung makna strategis bagi pembangunan bangsa di masa datang, yaitu menumbuhkan visi maritim bangsa yang sudah ratusan tahun terkristal dalam visi kontinental. Sebagai bangsa kepulauan yang 2/3 wilayahnya terdiri dari laut, kebangkitan maritim sangat diperlukan.

Hal itu dikatakan Panglima Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Mualimin Santoso MZ, saat melepas pelayaran ekspedisi tunggal “Cadik Nusantara II” di FIS, Water Sport Club, Marina Ancol, Jakarta Utara, Jum’at (17/10).

Menurut Pangarmabar, pengelolaan dan pemanfaatan wilayah laut berikut potensi sumber daya yang ada di dalamnya memerlukan SDM yang peduli dan profesional di bidang kelautan serta harus ditopang dengan pendekatan keamanan dan kesejahteraan yang seimbang dan profesional.

Pelayaran tunggal yang dilakukan Effendy Soleman ini adalah dalam rangka menyambut Hari Nusantara. Pelayaran akan berlangsung selama 42 hari dengan rute Jakarta-Tanjungpandan-Toboali-Muntok-Sungai Pakning-Bengkalis-Dumai dan diharapkan kembali dan bergabung di acara puncak Hari Nusantara di Anyer, Banten pada 13 Desember 2003.

“Cadik Nusantara II” membawa perlengkapan meliputi kompas, peta, GPS, HP satelit dan HP marine band.

Tujuan pokok dari pelayaran ini adalah mengenalkan wisata bahari, mengembangkan kreativitas, keberanian dan kepeloporan kepada pemuda khususnya di bidang kebaharian, untuk mempererat antarpulau, memotivasi kepada pemuda untuk lebih mencintai laut Indonesia serta membangkitkan cinta bahari kepada pemuda di masa datang.


Pelayaran tunggal ketiga

Menjawab Pelita, Effendy Soleman yang pernah menjadi wartawan di salah satu media massa di Jakarta itu mengatakan pelayaran yang dilakukan ini merupakan ketiga kalinya. Yang pertama dan kedua dia menggunakan “Cadik Nusantara I.” “Kapal itu sudah masuk museum,” kata lelaki bujangan itu.

Dia melakukan pelayaran tunggal pertama tahun 1988 Jakarta-Brunei Darussalam yang ditempuh selama 100 hari pergi-pulang, dan kedua tahun 1996 Jakarta-Pineng, Malaysia yang ditempuh sekitar dua bulan pergi-pulang.

Sebenarnya Effendy Soleman ingin mewujudkan cita-citanya berlayar Sabang-Merauke, tapi terbentur dana yang diperlukan sekitar Rp150 juta.

Kini, dengan perahu yang dibangun dengan dana sekitar Rp70 juta, berukuran panjang 7,2 m, lebar seluruhnya 3,6 m, dan perahu utama lebar 80 cm, dia harus menembus ganasnya gelombang untuk menuju Dumai. “Saya menggunakan mesin saat berangkat ini, dan menggunakan layar saat kembali nanti,” katanya seraya menunjuk mesin 15 PK yang menempel di buritan perahu. Sedangkan di anjungan berkibar bendera Merah Putih.

Dengan mengepalkan tangan yang diangkat ke atas dan dilanjutkan dengan lambaian tangan, wartawan yang pelaut itu meninggalkan pantai Marina, Ancol mengawali pelayaran ekspedisinya. Sebuah Sea Raider Kopaska Koarmabar ikut melepas keberangkatan itu.(be)

 
Powered by Blogger