BELUM ada kata pensiun untuk Effendy Soleman (54). Fendy dikenal sebagai penjelajah laut. Beberapa hari ke depan Fendy akan memulai lagi petualangannya.
Fendy, panggilan Effendy, pada Minggu (4/12), akan bertolak melayari perairan Nusantara, menempuh jarak Jakarta-Sabang-Merauke. Ia menggunakan perahu jenis katir. Petualangannya kali ini, Ekspedisi Katir Nusantara, diperkirakan memakan waktu lima bulan.
Fendy bukan orang asing di dunia penjelajahan. Fendy sudah meramaikan dunia kegiatan di alam terbuka sejak 1970-an.
Cadik Nusantara
Effendy Soleman identik dengan Cadik Nusantara, setelah ia berhasil merampungkan pelayaran solo dengan perahu cadik menempuh jarak Jakarta – Brunei Darussalam pergi-pulang pada 1988. Sejak itu ia lebih dikenal sebagai penjelajah laut.
Fendy mulai mengembangkan hobinya bergiat di alam terbuka ketika bergabung dengan Kelompok Pencinta Alam Garata Jaya pada 1970. Pada era itu, penjelajahan di alam yang sedang digandrungi ialah pendakian gunung. Ia pun mendaki gunung hingga ke luar Jawa.
Pada 1975, ia mulai mengembangkan minatnya menjelajahi sungai-sungai di Indonesia. Paling mengesankannya adalah saat menjelajah Sungai Mahakam hingga ke hulu.
Bergabung dengan Tabloid Mutiara sebagai wartawan, kegemarannya menjelajah semakin tersalurkan. Ia acap turun tangan meliput daerah-daerah terpencil, seperti suku Kubu, suku Sasak, suku Sakai, suku Mapur, suku Kajang, selain suku Tengger dan suku Baduy.
Di Mutiara pula ia mulai sering menelusuri gua-gua di Jawa dan Sumatera. Ia tercatat pernah menjadi Ketua Specavina, kelompok penelusuran gua pertama di Indonesia, pada 1981. Salah satu kegiatan penelusuran gua paling monumental ialah ekspedisi Luweng Ombo di Jawa Timur pada tahun yang sama.
Darah Bugis dari ibu dan Ternate dari ayah mengantarnya mengembangkan kegemaran menjelajah laut. Pada 1981 ia mengikuti pelayaran perahu phinisi dari Jakarta ke Banjarmasin. Pengalaman itu memberinya perspektif baru. Dua tahun kemudian, ia bergabung dengan pelaut Jepang, berlayar dengan perahu bercadik ganda hingga ke Padang.
Sejak itu, Fendy menekuni olahraga laut itu. Ia mewujudkan obsesinya dengan berlayar seorang diri dari Jakarta ke Pulau Bangka pada 1987, dengan perahu bercadik tunggal. Pada tahun yang sama itu, ia melengkapi penjelajahannya, bukan hanya gunung, sungai, gua, dan laut. Ia berhasil mendapatkan wing terjun payung dari TNI-AU setelah mengikuti Sekolah Para Dasar Angkatan ke-104 di Lanud Sulaiman, Margahayu, Bandung.
Setahun kemudian, ia berlayar seorang diri menggunakan perahu layar bercadik tunggal dari Jakarta ke Brunei Darussalam pergi-pulang, dalam Ekspedisi Cadik Nusantara. Masih pada tahun yang sama, pada akhir tahun, ia menjadi sail master pada kapal Maruta Jaya milik PT PAL Surabaya, dalam pelayaran uji coba.
Pada Mei 1989, Fendy menggelar Ekspedisi Wanita Cadik Nusantara, menempuh perjalanan Jakarta-Bangka pergi-pulang. Masih pada tahun yang sama, bulan September, ia mengikuti lomba layar internasional Darwin – Ambon Race.
Pelayaran tunggal kembali ia gelar pada 1996, menempuh jarak Jakarta-Penang, Malaysia, pergi-pulang. Pelayaran tunggal terakhir ia laksanakan pada 2003, dengan bendera Ekspedisi Satu Indonesiaku, menempuh jarak Jakarta-Tanjung Pandan (Belitung)-Muntok (Bangka).
Penjelajahannya kali ini didukung seratus persen oleh PT Carita Boat Indonesia, tempat selama ini ia bekerja.
(Sumber: Suara Pembaruan, 1-12-2005)
Saturday, May 28, 2011
Mengantar Fendy Menjelajah


0 comments:
Post a Comment