Saturday, May 28, 2011

Pangarmabar Melepas Ekspedisi Tunggal “Cadik Nusantara II”, Kebangkitan Maritim Sangat Diperlukan


Ekspedisi tunggal “Cadik Nusantara II” yang dilakukan oleh Effendy Soleman, 52; mengandung makna strategis bagi pembangunan bangsa di masa datang, yaitu menumbuhkan visi maritim bangsa yang sudah ratusan tahun terkristal dalam visi kontinental. Sebagai bangsa kepulauan yang 2/3 wilayahnya terdiri dari laut, kebangkitan maritim sangat diperlukan.

Hal itu dikatakan Panglima Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Mualimin Santoso MZ, saat melepas pelayaran ekspedisi tunggal “Cadik Nusantara II” di FIS, Water Sport Club, Marina Ancol, Jakarta Utara, Jum’at (17/10).

Menurut Pangarmabar, pengelolaan dan pemanfaatan wilayah laut berikut potensi sumber daya yang ada di dalamnya memerlukan SDM yang peduli dan profesional di bidang kelautan serta harus ditopang dengan pendekatan keamanan dan kesejahteraan yang seimbang dan profesional.

Pelayaran tunggal yang dilakukan Effendy Soleman ini adalah dalam rangka menyambut Hari Nusantara. Pelayaran akan berlangsung selama 42 hari dengan rute Jakarta-Tanjungpandan-Toboali-Muntok-Sungai Pakning-Bengkalis-Dumai dan diharapkan kembali dan bergabung di acara puncak Hari Nusantara di Anyer, Banten pada 13 Desember 2003.

“Cadik Nusantara II” membawa perlengkapan meliputi kompas, peta, GPS, HP satelit dan HP marine band.

Tujuan pokok dari pelayaran ini adalah mengenalkan wisata bahari, mengembangkan kreativitas, keberanian dan kepeloporan kepada pemuda khususnya di bidang kebaharian, untuk mempererat antarpulau, memotivasi kepada pemuda untuk lebih mencintai laut Indonesia serta membangkitkan cinta bahari kepada pemuda di masa datang.


Pelayaran tunggal ketiga

Menjawab Pelita, Effendy Soleman yang pernah menjadi wartawan di salah satu media massa di Jakarta itu mengatakan pelayaran yang dilakukan ini merupakan ketiga kalinya. Yang pertama dan kedua dia menggunakan “Cadik Nusantara I.” “Kapal itu sudah masuk museum,” kata lelaki bujangan itu.

Dia melakukan pelayaran tunggal pertama tahun 1988 Jakarta-Brunei Darussalam yang ditempuh selama 100 hari pergi-pulang, dan kedua tahun 1996 Jakarta-Pineng, Malaysia yang ditempuh sekitar dua bulan pergi-pulang.

Sebenarnya Effendy Soleman ingin mewujudkan cita-citanya berlayar Sabang-Merauke, tapi terbentur dana yang diperlukan sekitar Rp150 juta.

Kini, dengan perahu yang dibangun dengan dana sekitar Rp70 juta, berukuran panjang 7,2 m, lebar seluruhnya 3,6 m, dan perahu utama lebar 80 cm, dia harus menembus ganasnya gelombang untuk menuju Dumai. “Saya menggunakan mesin saat berangkat ini, dan menggunakan layar saat kembali nanti,” katanya seraya menunjuk mesin 15 PK yang menempel di buritan perahu. Sedangkan di anjungan berkibar bendera Merah Putih.

Dengan mengepalkan tangan yang diangkat ke atas dan dilanjutkan dengan lambaian tangan, wartawan yang pelaut itu meninggalkan pantai Marina, Ancol mengawali pelayaran ekspedisinya. Sebuah Sea Raider Kopaska Koarmabar ikut melepas keberangkatan itu.(be)

0 comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger