Saturday, May 28, 2011

EFFENDY SOLEMAN


Bagaimana awal cerita sampai Anda tertarik bergelut dalam petualangan bahari?

Sebelumnya, saya pernah mencoba beberapa olahraga yang memang menantang. Saya pernah naik gunung, arung jeram, panjat tebing, terjun payung. Lalu, berpetualang di lautan dengan perahu itu, berlayar sendiri mulai tahun 1987. Saya ke Bangka dengan kapal tradisional Cadik dari Pelabuhan Ratu. Tahun 1988, ekspedisi ke Brunei-Jakarta, 1989 dengan kapal yang sama ekspedisi ke nusantara, Masalembo, sampai ke Malaysia, ada beberapa kali dengan tim, tapi lebjh banyak sendirian.

Lalu, tahun 1998, terjadi PHK besar-besaran pada majalah Mutiara tempat saya bekerja. Dalam keadaan kesulitan keuangan, saya kasihan melihat kapal yang sudah berjasa dan punya banyak sejarah bagi saya. Beberapa penghargaan saya dapatkan bersama kapal ini, di antaranya pelayar lepas pantai tunggal pertama Indonesia.

Perjalanan paling berkesan saat melakukan petualangan di laut?

Pertama kali saat berlayar sendiri ke

Pulau Bangka. Saya naik perahu kecil, lebarnya hanya 60 sentimeter, panjang 6 meter. Saya gotong perahu itu dari Pelabuhan Ratu, sampai ke Muara Dadap. Itu petualangan pertama ke laut sendirian. Saat itu pengetahuan laut saya masih nol, tapi saya nekat.

Sehari di lautan, terjadi hujan badai. Waktu itu bulan Desember. Dari pagi sampai malam saya jalan kena badai, kapal saya beberapa kali hampir tenggelam. Saya tertawa, menangis, panik. Perahu saya sangat kecil, tidak ada palka, tidak ada ada pelindung, tidak bisa masak, rnakan seadanya. Saya sampai sempat berucap, Ya Tuhan kalau mau matiin saya sekarang aja. Itu karena rasanya saya sudah tidak sanggup.

Apa yang Anda rasakan dengan berpetualang di lautan?

Di sinilah seninya. Berpetualang di laut lebih memacu adrenalin. Kalau naik gunung, cuaca jelek kita bisa pasang tenda, ada badai masuk tenda saja nunggu sampai reda. Tapi, kan tetap aman. Terjun payung, stresnya tidak lama. Kalau payungnya tidak terbuka kan paling langsung mati. Tidak ada teriak-teriak.

Kalau di laut prosesnya lama, ibaratnya proses kita menuju kematian itu kelihatan dalam gulungan gelombang dan sambaran badai. Kalau badai di tengah laut, awan seakan-akan ingin menerkam kita. Maka itu, kalau beberapa tahun tidak berlayar, rasanya ada gejolak yang meledak-ledak untuk bisa ke laut lagi.

Bentuk petualangan saya, saya ingin menciptakan saingan. Biasanya orang . makin tak ada yang bisa ngalahin dia, makin bangga. Tapi bagi saya, makin banyak yang bisa mengikuti, makin banyak regenerasi, saya makin bangga. Moto hidup saya, jadilah magnit di lingkunganmu. Jangan ada persaingan. andi nur anim.

2 comments:

Orang Indonesia said...

Petualang luar biasa....saay salut sama anda. Walaupun masih kecil-kecilan, saya juga telah melakukan dan sedang merencanakan beberapa petualangan. Sya tertarik sekali dengan petualangan di laut. tapi saya belum berani. Kalau boleh kita sharing ya pak, abang.

Salam dari saya. Jika bapak berkenan tolong kirimi saya email secara khusus ya :D

Unknown said...

Ina lillahi wa ina ilaihi raji'un
telah berpulang ke rahmatullah Effendy Soleman pada kamis malam 10 juli 2014 pukul 23.15 wib

semoga amal ibadahnya di terima di sisi Allah SWT dan mendapat tempat terbaik di sisiNya.
amiin..

Post a Comment

 
Powered by Blogger